Kasus pungli parkir liar di Waduk Cirata membuka lebih dari sekadar pelanggaran hukum. Yakni membuka tabir dua gaya kepemimpinan di Purwakarta : satu humanis dan solutif, satu reaktif dan seperti hanya cari panggung . Minggu (06/04/2025)
Wakil Bupati Purwakarta, Abang Ijo Hapidin, tampil lebih dulu ke media. Ia mengapresiasi penangkapan delapan pelaku pungli dan menyampaikan pernyataan keras soal keresahan masyarakat. Namun, di balik sorotan kamera, gaya reaktifnya dinilai tak membawa solusi nyata.
“Abang Ijo tampil bak penegak keadilan di kamera, tapi setelah kamera mati, tak ada penyelesaian. Ia marah-marah, tapi tidak memberi jalan keluar bagi warga yang terdesak ekonomi,” ujar Tubagus Rizky Putra, Sapma Purwakarta
Menurut Tubagus, pendekatan represif seperti itu menciptakan rasa takut sesaat, tapi gagal membangun perubahan berkelanjutan.
Berbeda dengan itu, Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein mengambil pendekatan dialogis dan empatik. Dalam video yang viral di media sosial, Om Zein duduk bersama para pelaku. Ia mengibaratkan diri sebagai seorang ayah yang tetap mencintai anak-anaknya, bahkan saat mereka salah langkah.
“Saya ini ibarat bapak, dan kalian anak-anak saya. Mau anak ini salah, tetap saya cinta. Tapi saya ingin anak saya berubah, jadi lebih baik,” ucap Om Zein dalam video berdurasi tiga menit itu.
Para pelaku mengaku melakukan pungli karena tidak memiliki pekerjaan. Alih-alih menghukum, Om Zein menawarkan bantuan uang sementara dan membantu mencarikan pekerjaan agar mereka bisa keluar dari jerat ekonomi ilegal.
Pendekatan humanis dan solutif ini mendapatkan banyak apresiasi dari warga, yang merasa kehadiran pemimpin seharusnya tak berhenti di konferensi pers.
“Ini perbedaan nyata antara pemimpin yang marah karena ingin viral, dan pemimpin yang tenang karena ingin menyembuhkan,” pungkas Tubagus.
Di tengah maraknya politik pencitraan, warga Purwakarta kini bisa membedakan siapa pemimpin yang benar-benar bekerja, dan siapa yang hanya sekadar berbicara.
Sumber : madilog.com
#fyp
jubir86.my.id
(Dwi)