jubir86 | PURWAKARTA
Janji politik pasangan Bupati dan Wakil Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein dan Abang Ijo Hapidin (ZeinJo), kini berada di bawah sorotan tajam. Dua minggu menjelang berakhirnya masa 100 hari kerja mereka, sebuah diskusi publik bertajuk "Dari Retorika ke Realita: Menagih Janji Purwakarta Istimewa" mengungkapkan kekecewaan publik yang cukup signifikan.
Diskusi yang digelar di Wisma Suryo ini menghasilkan kesimpulan yang mencolok: program 100 hari kerja ZeinJo tampak belum menunjukkan realisasi yang nyata di lapangan. Bahkan, banyak peserta mengakui tidak mengetahui dengan pasti isi program tersebut.
Azfar Cinaya, advokat muda, mengungkapkan kegelisahan ini dengan jelas. "Masyarakat tidak pernah mendapatkan penjelasan resmi mengenai program 100 hari. Yang kita lihat hanya kegiatan-kegiatan populis seperti pembagian sembako atau penanganan kasus viral di media sosial," ujarnya.
Janji atau Rutinitas?
Kang Riyad, salah satu peserta diskusi, menilai bahwa aktivitas yang dilakukan Bupati dan Wakil Bupati saat ini belum bisa disebut sebagai implementasi program unggulan. "Yang dilakukan saat ini lebih menyerupai rutinitas birokrasi, bukan implementasi dari visi dan misi yang dijanjikan. Misalnya kegiatan 'ngosrek', itu lebih ke simbol seremonial, bukan bagian dari lompatan programatik," jelasnya.
Hal senada disampaikan Risky Cau, yang menyoroti belum terealisasinya sejumlah janji saat kampanye. "Janji satu desa satu green house itu mana? Sampai hari ini belum ada tanda-tanda realisasinya. Apa yang mereka lakukan sejauh ini ya hanya tempelan, belum menyentuh esensi perubahan," katanya.
"Mulus-Janji" atau "Jalan Mulus"?
Program prioritas seperti penguatan ketahanan pangan, pembukaan akses jalan strategis, dan pendorong investasi juga dianggap belum terlihat. "Alih-alih Jalan Mulus, Imah Alus, yang muncul justru konten mulus, janji alus," sindir Awod Abdul Gadir, salah satu narasumber dalam forum tersebut.
Kritik yang diajukan bukanlah sekadar kecaman tanpa dasar. Para peserta menilai pemerintah ZeinJo lebih fokus pada penanganan isu-isu populis secara insidental, daripada melaksanakan program sistemik dan terukur seperti yang dijanjikan.
Janji dan Hukum: Tak Ada Mekanisme Tegas
Azfar Cinaya juga memberikan sorotan dari sisi hukum. Ia menyebut bahwa dalam prinsip hukum, sebuah kebijakan idealnya memenuhi unsur kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. "Di kita, hukum sejak awal sudah tidak pasti dan tidak adil. Peraturan mengharuskan calon kepala daerah membuat visi dan misi, tapi tidak ada penegasan bahwa janji-janji itu harus ditepati," ujarnya.
Ia bahkan menyindir gaya kampanye ZeinJo. "Waktu pilkada ngomongnya 'Moal loba janji tapi bukti', padahal kontennya 80% berisi janji, 15% bucin, dan sisanya ngawangkong," kata Azfar.
Lebih jauh, ia mempertanyakan siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas janji politik. "Kalau kita bicara janji, pertanyaannya: siapa yang berjanji? Apakah calon kepala daerah, tim sukses, atau relawan? Dan ke mana publik harus menagih janji-janji itu?" lanjutnya.
Tak Ada Anggaran, Tak Ada Program?
Dugaan ketiadaan anggaran khusus untuk program 100 hari juga menjadi sorotan. Hingga saat ini, belum ada dokumen resmi atau laporan keuangan daerah yang menunjukkan alokasi anggaran untuk program tersebut. Ami Awod menambahkan, "Kalau program 100 hari hanya sekadar klaim tanpa anggaran dan rencana teknis, maka ini bukan program, melainkan slogan kosong."
Antara Citra dan Bukti
Wakil Bupati Hapidin (Abang Ijo) juga tak luput dari kritik. Ia dinilai lebih aktif berkampanye di media sosial ketimbang menunjukkan hasil kerja konkret. "Akun media sosialnya lebih banyak diisi pernyataan normatif dan promosi diri, bukan laporan kinerja yang dapat diverifikasi," ungkap Kang Guru Bidin.
Menurutnya, kritik warga tidak boleh dianggap sebagai serangan politik. "Diskusi ini menegaskan bahwa warga Purwakarta bukanlah sedang berniat menyerang, melainkan menagih janji yang telah diutarakan sebelumnya. Janji adalah utang politik yang harus dibayar dengan kinerja nyata, bukan hanya dengan citra positif di media sosial," tegasnya
#fyp
jubir86.my.id
(Dwi)